Jakarta, Agar tubuh tetap fit sepanjang hari, tidur yang cukup harus dipenuhi. Namun tidak semua orang bisa gampang tidur. Ada beberapa orang yang menjadi 'kalong' lantaran melek hampir sepanjang malam gara-gara insomnia. Lalu apakah insomnia itu termasuk penyakit?
Menurut dr Rimawati Tedjasukmana, SpS, RPSGT dari RS Medistra Jakarta, insomnia bisa disebut sebagai penyakit karena bisa membuat yang mengalaminya menderita. Nah, seseorang dikatakan memiliki insomnia jika tidak bisa atau sulit untuk memulai tidur.
Orang yang mengalami insomnia juga sulit mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan cukup untuk tidur. Karena kurang tidur, maka yang bersangkutan akan gampang marah, mengantuk, stres, sehingga kegiatannya terganggu.
"Misalnya ada orang yang hanya tidur 3 jam tapi ia senang-senang saja maka itu bukan insomnia. Selama ia tidak ada gangguan di siang hari maka itu bukan insomnia," tutur dr Rimawati saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (31/10/2012).
Berbeda dengan dr Rimawati, dr Andreas Prasadja, RPSGT dari RS Mitra Kemayoran, menilai insomnia sebenarnya baru gejala, dan bukan penyakit. Menurutnya banyak gangguan tidur dengan gejala insomnia.
"Seperti restless legs syndrome, sleep apnea (ngorok), jetlag, shift worker, delayed sleep-phase disorder atau advanced sleep phase disorder," terangnya.
Kira-kira ada seratusan gangguan tidur yang diklasifikasikan dalam The International Classification of Sleep Disorder.
Orang yang Rentan Insomnia
dr Andreas menjelaskan perempuan lebih rentan mengalami insomnia. Hal ini dikarenakan faktor dalam tubuhnya, misalnya karena perempuan mengalami menstruasi.
Nah, pre menstruation syndrome (PMS) akan membuat perempuan gelisah, yang kemudian membuatnya tidak bisa tidur.
"Ada lagi kehamilan dan menjelang persalinan. Tapi pada awal kehamilan, perempuan justru mengalami kantuk yang berlebihan karena kebutuhan tidurnya banyak," tutur pria yang akrab disapa dr Ade ini.
dr Rimawati menambahkan orang yang berisiko mengalami insomnia antara lain adalah orang yang pencemas, perfeksionis, atau di dalam keluarganya memiliki kondisi sulit tidur. Dengan kondisi seperti itu, maka bila yang bersangkutan stres sedikit saja akan membuat tidak bisa tidur.
"Jadi ada faktor genetik dan ditambah dengan sifat si orang itu sendiri," ucap dr Rimawati.
Selain itu ada juga hal-hal kecil yang memicu insomnia seperti kebiasaan buruk minum kafein di sore hari dan olahraga malam-malam. Bekerja hingga larut malam di tempat tidur apalagi dengan menggunakan laptop juga bisa menjadi pemicu. Karena itulah penyebab insomnia menjadi kompleks.
Taken from: detikHealth (vit/up)
Menurut dr Rimawati Tedjasukmana, SpS, RPSGT dari RS Medistra Jakarta, insomnia bisa disebut sebagai penyakit karena bisa membuat yang mengalaminya menderita. Nah, seseorang dikatakan memiliki insomnia jika tidak bisa atau sulit untuk memulai tidur.
Orang yang mengalami insomnia juga sulit mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan cukup untuk tidur. Karena kurang tidur, maka yang bersangkutan akan gampang marah, mengantuk, stres, sehingga kegiatannya terganggu.
"Misalnya ada orang yang hanya tidur 3 jam tapi ia senang-senang saja maka itu bukan insomnia. Selama ia tidak ada gangguan di siang hari maka itu bukan insomnia," tutur dr Rimawati saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (31/10/2012).
Berbeda dengan dr Rimawati, dr Andreas Prasadja, RPSGT dari RS Mitra Kemayoran, menilai insomnia sebenarnya baru gejala, dan bukan penyakit. Menurutnya banyak gangguan tidur dengan gejala insomnia.
"Seperti restless legs syndrome, sleep apnea (ngorok), jetlag, shift worker, delayed sleep-phase disorder atau advanced sleep phase disorder," terangnya.
Kira-kira ada seratusan gangguan tidur yang diklasifikasikan dalam The International Classification of Sleep Disorder.
Orang yang Rentan Insomnia
dr Andreas menjelaskan perempuan lebih rentan mengalami insomnia. Hal ini dikarenakan faktor dalam tubuhnya, misalnya karena perempuan mengalami menstruasi.
Nah, pre menstruation syndrome (PMS) akan membuat perempuan gelisah, yang kemudian membuatnya tidak bisa tidur.
"Ada lagi kehamilan dan menjelang persalinan. Tapi pada awal kehamilan, perempuan justru mengalami kantuk yang berlebihan karena kebutuhan tidurnya banyak," tutur pria yang akrab disapa dr Ade ini.
dr Rimawati menambahkan orang yang berisiko mengalami insomnia antara lain adalah orang yang pencemas, perfeksionis, atau di dalam keluarganya memiliki kondisi sulit tidur. Dengan kondisi seperti itu, maka bila yang bersangkutan stres sedikit saja akan membuat tidak bisa tidur.
"Jadi ada faktor genetik dan ditambah dengan sifat si orang itu sendiri," ucap dr Rimawati.
Selain itu ada juga hal-hal kecil yang memicu insomnia seperti kebiasaan buruk minum kafein di sore hari dan olahraga malam-malam. Bekerja hingga larut malam di tempat tidur apalagi dengan menggunakan laptop juga bisa menjadi pemicu. Karena itulah penyebab insomnia menjadi kompleks.
Taken from: detikHealth (vit/up)